1. Personal Life
Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yamg menggambarkan
perilaku kerjasama dan saling mendukung antar dua orang atau lebih . Dalam
pengertian ini , istilah-istilah persahabatan mengambarkan suatu hubungan yang
melibatkan beberapa hal. Hal tersebut antara lain bahwa sahabat akan menyambut
kehadiran sesamanya dan menunjukan kesetiaan satu sama lain. Mereka juga akan
terlibat dalam perilaku saling
menolong, saling memberi seperti tukar menukar
nasehat saling memberi masukan dan menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah
orang yang akan memperlihatkan perilaku yang bebalasan dan reflektif. Meskipun
demikian bagi banyak orang persahabatan seringkali tidak lebih dari pada
kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan dan menyakiti
mereka. Nilai yang terdapat dalam persahabatan sering kali apa yang di hasilkan
ketika seorang sahabat memperlihatkan perlakuan yang konsisten, perlakuan
tersebut antara lain: • Perlakuan memberikan apa yang terbaik bagi satu sama
lain • Simpati atau empati • Kejujuran ,meskipun dalam keadaan-keadaan yang
sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran • Saling pengertian Dalam
konteks persahabatan ada 3 hal pedoman untuk memupuk kepercayaan komunikasi
antar personal di dalam hubungan persahabatan, yaitu : 1. Berusaha aktif
memperluas kepercayaan terhadap sesuatu yang terjadi di sekeliling kita,
meskipun pada sebagian orang, hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama. 2.
Kepercayaan terhadap orang lain haruslah bersifat sementara, dilakukan sedikit
demi sedikit dengan memberikan penjelasan mengenai apa yang kita kawatirkan “
apa yang kita terapkan dari teman kita “, serta “ apa yang ingin kita capai “.
3. Kepercayaan tidak banyak diberikan tetapi juga diperoleh. Ketika kita
menjalani hubungan persahabatan, kita akan mengharapkan adanya kepecayaan
terhadap sahabat kita dan juga akan memberikan kepercayaan kepadanya. Selain
kepercayaan, kita juga perlu mengembangkan ras tanggung jawab dalam membina
hubungan persahabatan yang baik.
2. Relationship
Masalah komunikasi ini adalah inherent (melekat = sangat
penting) terhadap kebutuhan manusia. Demikian pula halnya pada sebuah
organisasi bisnis, komunikasi merupakan sumber kehidupannya. Jalur komunikasi
internal yaitu komunikasi di dalam organisasi, sangat penting untuk kelancaran
jalannya roda organisasi. Komunikasi internal dapat memotivasi para pegawai di
dalam organisasi agar bekerja lebih efisien. Mereka memerlukan informasi yang
tepat, menerima kejelasan tugas dan pengarahan dan mereka juga memerlukan
kejelasan tujuan organisasi, prosedur, dan penyelesaian hal-hal yang bersifat
kabur dan kontradiksi. Sedangkan komunikasi eksternal diperlukan untuk
berkomunikasi dengan orang-orang lain diluar organisasi, seperti relasi,
langganan, konsumen atau dengan masyarakat pada umumnya. Komunikasi eksternal
ini mempunyai daya jangkau jarak jauh, yang akan membentuk goodwill (nama
baik), dan membentuk imajinasi reputasi baik dihati masyarakat, melalui
berbagai cara dan kegiatan, seperti promosi diberbagai media, menyebarkan
pamflet dan sebagainya. Bermacam cara untuk mengadakan hubungan komunikasi
antara seseorang dengan lainnya. Cara itu dalam badan usaha adalah dengan
pertemuan-pertemuan, berbicara melalui telepon, mengirim surat, berbicara
langsung, pemberian laporan, pemberian petunjuk, dan pemberian perintah. Kedua
cara terakhir adalah cara pimpinan untuk mengadakan hubungan dengan bawahan
dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya dalam merealisasi tujuan perusahaan.
Komunikasi secara garis besar dibedakan atas dua macam sara yaitu komunikasi
kedalam dan komunikasi keluar. Komunikasi kedalam itu sesuai dengan tujuan
kepada siapa warta itu disampaikan, dibedakan pula atas dua macam yaitu komunikasi
vertikal dan komunikasi horisontal. Komunikasi vertikal berarti proses
penyampaian suatu warta dari pihak pimpinan kepada pihak pegawai atau
sebaliknya. Komunikasi vertikal dibedakan pula atas komunikasi ke bawah dan
komunikasi ke atas. Komunikasi ke bawah diwujudkan oleh pimpinan dengan jalan
memberi perintah atau dengan jalan pemberian petunjuk. Komunikasi ke atas
diwujudkan dengan pemberian laporan-laporan oleh bawahan kepada atasan.
Komunikasi horisontal bermaksud menjamin hubungan yang baik antara pimpinan
yang setingkat dan diwujudkan dengan mengadakan pertemuan-pertemuan secara
berkala. Komunikasi keluar yang juga bertujuan menjamin hubungan yang baik
antara pihak atasan dari perusahaan itu dengan pihak luar diwujudkan dengan
telepon, berbicara langsung atau dengan pengiriman surat. Komunikasi keluar itu
termasuk pada kategori eksternal function dari manager.
3. Professional Life
Komunikasi dalam professional life sangatlah diperlukan, karena
tanpa adanya komunikasi yang baik maka keprofessionalan tersebut tidak akan
berjalan dengan baik.
4. Cultural Life
Komunikasi adalah aktivitas yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Kegiatan ini sering berlangsung di antara
individu-individu yang berlainan latar belakang dan budaya. Oleh karena itu,
terdapat subbidang Ilmu Komunikasi yang khusus membahas komunikasi di antara
pemilik latar belakang dan budaya berbeda, yaitu Komunikasi Antarbudaya (KAB).
Untuk membantu Anda memahami definisi komunikasi antarbudaya, Young Yung Kim
(1984) mengutarakan bahwa KAB menunjuk kepada suatu fenomena komunikasi ketika
para pesertanya memiliki latar belakang budaya berbeda dan terlibat dalam suatu
kontak antara satu dengan lainnya, baik secara langsung maupun tidak. Pendapat
serupa dikatakan oleh Stewart (1974), komunikasi antarbudaya adalah komunikasi
yang terjadi di dalam kondisi yang menunjukkan adanya perbedaan budaya, seperti
bahasa, adat, nilai-nilai, dan kebiasaan. Dari definisi-definisi tersebut, kita
bisa melihat bahwa perbedaan kebudayaan adalah faktor yang menentukan dalam
proses komunikasi antarbudaya, selain kepribadian, umur, penampilan fisik, dan
lain-lain. Oleh karena itu, banyak ahli komunikasi yang memandang KAB sebagai
perluasan dari subbidang komunikasi antarmanusia lainnya (komunikasi
antarpribadi, komunikasi organisasi, komunikasi massa). Di antara komunikasi
dan budaya terdapat keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan. Smith (1966)
menjelaskan bahwa kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang
dipelajari dan dimiliki bersama. Untuk mempelajari dan memiliki kode atau
kumpulan peraturan, dibutuhkan komunikasi. Komunikasi pun membutuhkan kode-kode
dan lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama. Proses
komunikasi antarbudaya sangat dipengaruhi oleh persepsi seorang manusia
mengenai lingkungan, orang, benda, dan peristiwa yang berada di sekitarnya.
Bila seorang manusia telah memahami dan menghargai persepsi orang lain yang
berbeda budaya, ia akan bisa melangsungkan proses komunikasi dengan lancar dan
memperoleh reaksi yang diharapkan. Dalam komunikasi antarbudaya, tantangan dan
hambatan komunikasi sangatlah banyak, mengingat masyarakat setiap bangsa
mempunyai simbol dan bahasa verbal maupun nonverbal yang berbeda-beda.
Orang-orang Eskimo, misalnya, biasa bersalaman dengan saling menggesek-gesekkan
hidung. Bayangkan bila mereka melakukannya dengan orang Eropa atau Asia yang
tidak mengetahui kebiasaan tersebut, tentunya bangsa Eskimo akan dianggap tidak
sopan. Contoh lainnya bisa dilihat pada kebiasaan menganggukkan kepala. Di
Indonesia atau di negara-negara lain seperti Amerika, anggukan kepala diartikan
sebagai “iya” atau “mengerti”, sementara di Jepang, anggukan kepala diartikan
sebagai “saya mendengarkan”. Di tengah peradaban modern yang memungkinkan manusia
dari berbagai bangsa untuk bertemu dan berinteraksi, penting bagi kita untuk
melangsungkan proses komunikasi antarbudaya yang sukses. Terlebih dahulu,
tentunya kita harus memahami bermacam-macam kode dan peraturan yang berlaku di
tempat asal rekan bicara supaya terhindar dari kesalahpahaman yang merugikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar